Quantcast
Channel: Hindu Banten
Viewing all 137 articles
Browse latest View live

Hakikat Hari Suci Nyepi dan Implementasi dalam Kehidupan

$
0
0

"Pada awalnya adalah kegelapan yang sangat pekat. Semua yang ada ini tidak terbatas dan tidak dapat dibedakan. Yang ada saat itu adalah kekosongan dan tanpa bentuk, Dengan tenaga panas yang sangat dahsyat terciptalah kesatuan yang kosong"
(Rgveda X.129.3)

Hari suci keagamaan selalu menempati posisi tersendiri dalam kehidupan manusia dan memiliki makna kesucian yang diorientasikan pada kesempurnaan dengan ajaran-ajaran kerohanian yang berasal dari wahyu Tuhan. Karena onentasi tersebut dimensi hari raya agama tersebut bersifat vertikal. Agama apapun mengajarkan satu kesunyataan yakni Kebenaran. Demikian halnya dengan agama Hindu yang memiliki hari raya keagamaan yang dikelompokkan berdasarkan sasih/bulan dan pawukon/wuku ke dalam dua kelompok besar, diantaranya adalah Nyepi, yang akan kita rayakan di bulan Maret tahun ini.

Manusia dalam perjalanannya dari rahim ibu sampai ke liang kubur senantiasa menghadapi dua macam pengalaman; keinginan untuk menghindari kesengsaraan dan mendapat kebahagiaan hari ini kita hadir dengan satu hasrat, satu keinginan yang sama, untuk mewujudkan niat bersama-sama melakukan puja kehadapan tuhan, bagi terciptanya kemajuan, kesejahteraan-kemakmuran dan kesatuan-persatuan serta kedamaian-perdamaian umat hindu sebagai warga bangsa indonesia.

Hari Suci Nyepi
Hari Nyepi merupakan tonggak kebangkitan kerohanian Hindu yang ditandai dengan Toleransi dan Kerukunan. Bermula dari persaingan dan pertikaian bangsa-bangsa di kawasan Asia (sekarang antara: Tibet, Asia Tengah, Persia, Sungai Sindhu, Afganistan, Pakistan, Kashmir, Iran, dan India Barat Laut) antara bangsa Saka (Scythia) - Pahlava (Parthta) - Yueh-ci (Cina) - Yavana (Yunani) - Malava (India). Mereka sangat berambisi saling menaklukkan satu sama lain sebagai musuh-musuhnya. Selama berabad-abad bangsa-bangsa tadi silih berganti saling menguasai wilayah lawan-lawannya (semacam penguasaan/ penjajahan) memperebutkan daerah yang sangat subur.

Namun sejak tahun 138-12 SM terjadi pergerakan humanisme, akulturasi, dan sinkretisme antara bangsa-bangsa yang tadinya bermusuhan dan berakhir pada peperangan menuju perdamaan. Akibat gerakan kemanusiaan membuat sikap politik bangsa-bangsa tadi berubah menjadi gerakan Lokasamgraha (dunia ini rumah kita, persaudaraan semesta, Torang samua basudara). Terdapat tokoh raja Kaniska I, II dan III (tidak semuanya berasal dari bangsa Saka tapi mereka mengadopsi perjuangan bangsa Saka) dalam percaturan politik yang meraih simpati rakyat dengan gerakan kesejahteraan dan kemanusiaan tadi. Salah satu yang terkenal kemudian adalah raja Kaniska I yang pada tahun 78 Masehi menetapkan tahun baru sebagai pencerahan bangsa-bangsa yang berdamai dengan memberikan penghargaan kepada bangsa Saka yang memelopori pergerakan tadi menjadi Tahun Baru Saka yang diperingati secara serentak oleh seluruh negeri. Tahun itu dikemudian hari menjadi tahun pencerahan dan dirayakan dengan khidmat melalui tapa - brata - samadhi.

Tujuan dilaksanakan upacara Hari Suci Nyepi

Dapat dilihat dan berbagai aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek religius merupakan suatu proses penyucian Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit (Makrokosmos dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir bathin (jagadhita dan moksa) terbina kehidupan yang berlandaskan Satyam (kebenaran), Siwam (kesucian), Sundaram (keharmonisan, keindahan).

2. Membiasakan diri untuk melakukan tapa, yoga, dan semadi bagi masing-masing pribadi umat, ini mengandung makna evaluasi perbuatan dalam setahun dan juga sebagai pengendalian diri.

3. Aspek sosial budaya merupakan wahana untuk integrasi umat, hal itu terlihat pada saat umat Hindu bersama-sama ngiring Pralingga Ida Bhatara dari awal yaitu dari pura masing-masing terus nyejer di Bale Agung atau Bale Pepelik Pura dan lanjut ngiring melasti (makiyir, melis, jalanidhi puja). Disini nampak kekompakan masyarakat ngiring bersama-sama.

Rangkaian Hari Raya Nyepi
Perayaan Hari suci Nyepi dan Tahun Baru Saka di daerah secara otonom dilaksanakan dari tingkat Provinsi sampai tingkat Desa dan perorangan di rumah masing-masing dengan rangkaian sebagai berikut:

1. Melasti/Makiyis/Melis/Jalanidhi Puja: adalah prosesi spiritual keagamaan sebagai upaya penyucian alam semesta dari segala kekotoran dan kejahatan akibat dari perputaran karma selama 1 tahun yang penuh dengan intrik, gejolak, nafsu, dan berbagai sisi negatif terhadap kemanusiaan. Penyucian ini tidak berhenti pada tataran alam semesta, tetapi juga pada diri setiap manusia Hindu, harus menyucikan diri dan lingkungannya. Pelaksanaan prosesi ini dilaksanakan sejak seminggu sebelum hari raya nyepi atau maksimal 2 hari sebelum Nyepi. Di dalam Lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan: angayutaken laraning jagat, paklesa letuhing bhuvana, yang terjemahannya: untuk melenyapkan penderitaan masyarakat dan kotoran dunia (alam), sedangkan di dalam lontar Sundarigama dinyataan: amet sarining amrtha kamandalu ritelenging samudra, yang terjemahannya: Untuk memperoleh air suci kehidupan di tengah-tengah lautan. Laut sebagai sumber amerta karena laut/segara dipercaya dan diyakini mampu melebur segala kekotoran yang diakibatkan oleh api nafsu manusia yang berupa tindakan kotor/jahat dan Iain-Iain.

2. Tawur Kesanga: adalah upacara Bhuta Yajna, artinya korban suci yang ditujukan kepada penguasa kekuatan yang memberi kemanfaatan bagi seisi alam raya ini berupa Caru. Caru adalah kata bahasa Sanskerta yang berarti mempercantik, menetralisir, memiliki makna spiritual somya yakni membuat semuanya menjadi harmonis. Tawur Kesanga dilaksanakan sehari sebelum Nyepi tepatnya pada bulan Mati/Tilem sasih Kesanga.

3. Nyepi-Brata Penyepian dilaksanakan dengan berpuasa dan berpantang/brata. Dimulai pagi hari jam 06.00. Di antara berbagai bentuk Tapa, Brata, Yoga, Samadi itu, Maunabrata (Monabrata) adalah yang tertinggi, tujuannya adalah amatitis kasunyatan, menuju keheningan sejati seperti pula disebutkan di dalam lontar Sundarigama secara tegas menyatakan: "................ Nyepi amatigni, tan wenang sajadma anyambut karya sakalwirnya, agnigni saparanya tan wenang, kalinganya wenang sang weruh ring tattwa angelaraken samadhi, tapa, yoga amatitis kasunyatan" - Hari Nyepi, tidak benar semua orang melakukan pekerjaan, berapi-api, karena mereka yang tabu hakekat agama melaksanakan samadhi, tapa, yoga memusatkan pikiran menuju kesunyataan/keheningan sejati". Brata Penyepian, dengan amati: gni, karya, lelungan, lelangunan, membuat hidup ini terintrospeKsi secara sadar atas apa dan siapa diri ini untuk menuju arah yang ditentukan oleh ajaran agama. Selama 1 hari penuh (24 jam) aktivitas diorientasikan guna memberikan pembaharuan (Reneweble) Bhuana Agung dan Bhuana Alit sehingga segenap potensinya kembali berfungsi secara maksimai.

4. Ngembak Gni: melakukan aktivitas kembali seperti semula atau membuka api kehidupan normal. Pada hari ini menjadi lembaran baru bagi kehidupan yang cerah penuh pencerahan rohani. Ngembak Gni mengisyaratkan kepada manusia yang "Multikultural" untuk bersatu padu, menghargai perbedaan sebagai kebenaran illahi, memaafkan adalah perbuatan mulia yang akan membuat hidup kita terasa lebih damai. Melayani mereka yang lemah, membantu mereka yang menderita adalah karma utama saat ini, karena sesungguhnya melayani semua mahluk dengan cinta kasih, dan kasih sayang adalah bentuk pemujaan kepada Tuhan (serve to all man kind is serve to the God).

Nyepi Dan Pengendalian Diri
Berdasarkan uraian di atas hari raya Nyepi yang datang setahun sekali yang merupakan identitas umat Hindu. Pada saat itu umat Hindu khususnya diajarkan untuk dapat melihat diri baik dan buruknya kerja yang dilakukan seseorang. Dalam Pustaka Suci disebutkan sebagai berikut: "Manusia lahir sendiri, sendiri juga ia akan mati, sendiri ia menikmati perbuatan yang baik, sendiri pula menikmati perbuatan yang buruk". (Manavadharmasatsra, IV. 240).

Mengacu pada isi sloka di atas yang mengandung makna, baik buruk kerja yang dilakukan oleh seseorang akan membentuk nilai pribadmnya. Weda menegaskan bahwa melalui kerja yaig baik (subhakarma) manusia akan dapat menolong dirinya sendiri dan samsara untuk mencapai kebahagiaan abadi yang bebas dan proses kelahiran kembali (moksa). Moksa merupakan moral-religius bagi umat Hindu untuk melaksanakan kerja yang baik (Subhakarma) dan menghindarkan perbuatan yang buruk (Asubhakarma) dalam kehidupan di dunia ini.

Pada ajaran suci ada juga menyebutkan untuk memahami makna di atas yang dianalisis dan mantram di bawah ini yaitu: "Hyang Widhi hanya menyayangi orang yang bekerja keras (Rgveda, IV, 33, 11). Mantram tersebut menyatakan bahwa Hyang Widhi menyayangi orang yang mau bekerja keras. Maka manusia yang ingin mendapatkan berkah dari Hyang Widhi Wasa harus bekerja keras sepanjang hidup ini.

Memaknai Hari Raya Nyepi sebagai Pengendalian Diri. Seperti telah dijelaskan diatas, hari raya Nyepi merupakan peristiwa peralihan tahun Isaka, pada saat itu masyarakat diharapkan merenung (mulat sarira) untuk melihat mana perbuatan baik dan mana yang buruk selama kurun waktu setahun. Menurut etika hari raya Nyepi hal tersebut teimplisit dalam catur Berata Penyepian adalah empat pedoman yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai wujud pengendalian diri dan mawas diri.

Makna Penjelmaan
Menjelma sebagai manusia menurut ajaran Hindu adalah kesempatan yang paling dan sangat baik, karena hanya manusialah yang dapat menolong dirinya sendiri dengan jalan berbuat baik. Untuk berbuat baik dan benar nampaknya sangat sulit dilakukan oleh karena berbagai tantangan yang dihadapi oleh setiap orang. Tantangan mulai ketika bayi lahir dari kandungan ibunya. Demikian lahir langsung menangis karena la berhadapan dengan kejamnya alam, udara yang dingin atau kilauannya sinar matahari dan Iain-Iain. Bayi akan tumbuh menjadi manusia dewasa bila ia mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Tantangan yang paling berat yang dihadapi oleh umat manusia adalah tantangan yang datang dalam dirinya sendiri, yakni sifat-sifat atau kecenderungan jahat yang merupakan sifat-sifat keraksasaan, kebalikan dari Daivisampad yang disebut Asurisampad (sifat-sifat Asura atau raksasa). Pertarungan antara sifat-sifat kedewataan dengan keraksasaaan inilah yang terus berlangsung dalam diri umat manusia yang sering mengejawantah dalam sikap dan prilaku sehan-hari. Pertarungan ini berlangsung terus tiada hentinya.

Siapa yang berhasil memenangkan pertarungan dengan berpihak pada kebajikan atau (Dharma) ialah yang sesungguhnya berhasil menegakkan Dharma. Hanya dengan berpihak kepada Dharma seseorang akan memperoleh keselamatan, kesejahtraan dan kebahagiaan lahir dan batin. Sebagai diamanatkan dalam terjemahan sloka Mahanarayana Upanisad XXI 1.1, berikut:

"Dharmo visvasya jagatah pratistha, loke dharmistham praja upasarpanti. Dharmena papam apanudanti dharme sarvam, pratistham tasmad dharmam paramam vadanti" - "Dharma adalah prinsip dasar dari segala sesuatu yang bergerak dan yang tidak bergerak di alam semesta ini. Seluruh dunia dan segenap umat manusia hendaknya selalu bergairah mengikuti ajaran Dharma. Yang mengikuti ajaran Dharma terbebas dari segala dosa. Segala sesuatunya akan berjalan mantap bila di jalan Dharma. Untuk itu patutlah Dharma itu disebut ajaran yang tertinggi".

"Dharma eva hato hanti dharmo raksati raksitah, tasmad dharmo na hantavyo mabo dharmo hato'vadhit" - "Dharma yang dilanggar menghancurkan pelanggarnya. Dharma yang dilaksanakan melindungi pelaksananya, oleh karena itu janganlah melanggar Dharma, sebab bagi yang melanggar Dharma akan menghancurkan dirinya sendiri" Manavadharmasastra VIII.15.

Intinya adalah: Sebagai manusia adalah Mahluk Utama, Kesempatan Langka, Perjuangan dari Manava Danava-Manava Madava.

Implementasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagaimana kita dapat memenangkan Dharma dalam era globalisasi? Globalisasi adalah proses atau trend kemajuan dunia melalui llmu Pengetatuhan dan Teknologi dengan ditandai oleh derasnya arus informasi, terutama dari masyarakat maju menuju masyarakat yang sedang berkembang. Dalam era globalisasi ini seakan-akan tidak ada batas-batas antar negara atau bangsa-bangsa (Boderfess nations and states) di dunia ini. Kita maklumi bersama bahwa Globalisasi tidaklah selalu berpangaruh dan berdampak negatif, banyak hal-hal positif yang dapat dipetik dalam era globalisasi ini, namun demikian pengaruh dan dampak negatifnya nampaknya cenderung lebih deras terutama menyangkut segi-segi moral, etika dan spiritual yang bersumber pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa.

Dalam Hindu, dinyatakan bahwa bila orientasi manusia hanya material dan kesenangan belaka, maka orang itu dinyatakan hanya memuaskan Kama (nafsu duniawi). Kama manusia tidak akan pernah merasa puas, walaupun usaha memuaskan itu dilakukan terus-menerus dengan berbagai pengorbanan. Memuaskan Kama dinyatakan sebagai menyiram api yang berkobar besar, tidak dengan air, melainkan dengan minyak tanah, maka api tersebut akan menghancurkan hidup manusia.

Di dalam kitab suci Bhagavadgita dinyatakan bahwa Kama, di samping juga Lobha dan Krodha adalah tiga pintu gerbang yang mengantarkan Atma (roh) menuju jurang neraka dan kehancuran. Untuk itu, Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan agar umat manusia memilki kesadaran yang tinggi untuk menghindarkan diri dari ketiga belenggu tersebut, yaitu kita mesti kembali kepada ajaran agama. Peganglah ajaran agama sebaik-baiknya. Biasakanlah berbuat baik dan benar atau berdasarkan Dharma, yang di dalam kitab Taittiriya Upanisad I.1.11: Satyam vada Dharmacara svadhyaya ma pramadah - Berbicaralah jujur/benar, ikutilah ajaran Dharma, kembangkan keingan belajar dan memuja Tuhan Yang Maha Esa dan janganlah lalai/sampai lupa. Dalam Brahmanda Purana: Unarm artha kama moksa sanram sadhanam.

Manusia harus menyadari bahwa hanya ada satu Tuhan, walaupun nama dan ritualnya mungkin berbeda. Segala sesuatu di dunia mi merupakan perwujudan Brahman. Sarvam khalvidam Brahma - sesungguhnya semua ini adalah Brahman. Dan sesungguhnya segala yang kita lihat adalah wujud kosmis Brahman - Vishva virat svarupa.

Ishvara sarva Bhutanam - Brahman bersemayam dalam segala mahluk. Ishavasyam idam sarvam - seluruh alam semasta ini diliputi oleh Brahman. Jika hari ini kita melihat perbedaan antara saya-anda dan yang lainnya itu semata-mata adalah karena kita masih diliputi Avidya-kegelapan bhatin. Namun sesungguhnya kita adalah Vasudaiva Kutumbhakam - Seluruh umat manusia adalah satu dan bersaudara.

Ahimsayah Paro Dharma - Kebajikan tertinggi adalah tidak menyakiti siapapun. Tat Tvam Asi - Aku dan Engkau adalah Dia. Sathyam (Kebenaran) - Sivam (Kebajikan) - Sundaram (Keindahan), adalah sitat hakiki manusia yang sesungguhnya, kodratnya; sehingga bila manusia bertingkah laku menyimpang dari sifat dasarnya itu, maka la dikatakan membelakangi atau melawan kodratnya sendiri".

Karena manusia sesungguhnya mendambakan keharmonisan hidup, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kedamaian. Kitab suci Arthasastra menyatakan bahwa: "dambaan manusia itu dijamin akan terwujud apabila telah terjadl hubungan harmonis antara empat faktor, yaitu: Ideologi, Agama, Pembangunan Politik, dan Keagamaan.

Memang bila kita berbicara atau hanya membaca ajaran agama, nampaknya segala sesuatunya gampang dilaksanakan, namun dalam prakteknya sungguh berat. Untuk itu hendaknya ada tekad atau pemaksanaan untuk berbuat baik. Pemaksaan diri untuk selalu berbuat baik disebut Pratipaksa. Untuk kebaikan, paksakanlah, lakukankan, korbankanlah, tekunilah dan doronglah supaya perbuatan benar dan baik itu menjadi identitas kehidupan ini. Identitas atau integritas seseorang dapat dilihat dari kualitas pikiran. ucapan dan tingkah laku seseorang. Secara sederhana dapat direalisasikan dengan 7 macam perbuatan yang disebut Dharma. Salah satunya seperti yang disebutkan dalam kitab Vrhaspatitattva, yaitu:

1. Sila, yakni senantiasa berbuat baik dan benar.
2. Yajna, yakni ikhlas berkorban. Yajna tidaklah hanya terbatas pada pengertian upakara dan upacara saja, melainkan mengembangkan kasih sayang dan keikhlasan.
3. Tapa, pengekangan dan pengendalian diri.
4. Dana, memberikan pertolongan atau bantuan kepada yang miskin dan yang memerlukan bantuan.
5. Prawrijya, berusaha menambah ilmu pengetahuan atau kerohanian (spiritual).
6. Diksa, penyucian diri; dan
7. Yoga, senantiasa menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : http://phdi.or.id/artikel/hakikat-hari-suci-nyepi-dan-implementasi-dalam-kehidupan

KKG dan MGMP Pendidikan Agama Hindu Susun Soal USBN Tahun 2018

$
0
0

Kota Tangerang--Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)  Pendidikan Agama Hindu di Provinsi Banten,  melakukan penyusunan Soal USBN 2018 di Pasraman Kerta Jaya Tangerang, Sabtu(24/02). Dalam kegiatan ini Pembimas Hindu Provinsi Banten turut memberikan pendampingan kepada para Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu.

"Kegiatan penyusunan soal USBN tahun 2018 ini, harapannya dapat meningkatkan pelayanan serta pemenuhan soal ujian Sekolah berstandar Nasional untuk peserta didik Agama Hindu di bangku SMP dan SMA", ungkap Sunarto selaku Pembimas Hindu

"Seluruh peserta dalam hal ini Guru Mata pelajaran pendidikan agama hindu dapat bekerja sama secara maksimal untuk terwujudnya pelaksanaan USBN 2018 ini", lanjut Sunarto.


Soal yang di susun ini di peroleh dari Dirjen Bimas Hindu Pusat sebanyak 25%, dan sebanyak 75% dari MGMP Pendidikan Agama Hindu. (adt_bimas hindu)

Foto Dokumentasi

Kakanwil Kemenag Provinsi Banten Meninjau Lokasi Melasti

$
0
0
Kakanwil Kemenag Provinsi Banten

Umat Hindu di Provinsi Banten akan melaksanakan Upacara Melasti Hari Raya Nyepi Caka 1940, besok Minggu 11 Maret 2018 di Pantai Tanjung Pasir Teluk Naga Tangerang Banten mulai pukul 06.00 WIB. 

Sedangkan hari ini, umat Hindu se provinsi Banten melaksanakan gotong royong di dua tempat sekaligus yaitu di Pantai Tanjung pasir untuk Upacara Melasti dan yang kedua di Lapangan 
Parkir Pura Eka Wira Anantha Serang (Lapangan Kopassus Grup 1 Serang).


Melasti sebagai rangkaian dari Perayaan Nyepi memang selalu dilaksanakan di Pantai. Bentuk upacaranya adalah melakukan bersih-bersih dan penyucian segala sarana dan peralatan yang dipergunakan dalam persembahyangan.


Selain kegiatan Ngaturangayahmembuat sarana dan prasarana upacara Melasti, Panitia Nyepi yang dipimpin I Wayan Suksma Harijaya dan Ketua WDHI Provinsi Banten Ibu Ni Made Ria Isriyanti (Ria) juga melaksanakan Bakti Sosial Pembagian Sembako kepada masyarakat sekitar pantai.


Kegiatan hari ini sangat mengembirakan, karena Bapak Kakanwil Kemenag Provinsi Banten juga hadir saat Bakti Sosial sekaligus meninjau lokasi Melasti yang didampingi Bapak Sunarto Pembimas Hindu, Bapak Ida Bagus Alit Wiratmaja S.H, MH ketua PHDI Provinsi Banten. 


Foto Dukumentasi




Umat Hindu Banten Melaksanakan Melasti

$
0
0

Umat Hindu provinsi Banten dari berbagai latar daerah telah melaksanakan Upacara Melasti dengan baik dan lancar , labda karya sida sidaning don,  pada Minggu 11 Maret 2018 di Pantai Tanjung Pasir Teluk Naga Tangerang Banten.

Upacara Melasti sebagai upacara utama dalam perayaan Hari Raya Nyepi sehingga pelaksanaannya wajib untuk dilaksanakan oleh setiap umat Hindu. Kebhinekaan umat Hindu terlihat dalam Melasti ini, selain yang berasal dari Bali juga hadir umat Hindu dari India dan Jawa.



Berikut berita Upacara Melasti Provinsi Banten

                              


Berita TVRI Banten

Grebeg Gunungan di Upacara Melasti

$
0
0
Sesaji Gunungan

Pelaksanaan Upacara Melasti provinsi Banten (11/3-2018) sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mungkin ada yang bertanya-tanya, Kenapa ada Gunungan ? dari mana Gunungan itu ? dan Kenapa ikut melaksanakan pradaksina saat Melasti ?

Gunungan yang dipersembahkan ini berasal dari Paguyuban Majapahid (lihat Paguyuban Majapahid) yang memang ada di provinsi Banten, dibawah ketua Harjanto, dan Bapak Sunarto Pembimas Hindu, Bapak Surono, Bapak Ketut Suada merupakan sebagai tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan soliditas umat Hindu Jawa. Sangat membanggakan kami umat Hindu di provinsi Banten memiliki aneka warna warni yang indah dan menentramkan.

Gunungan ini merupakan simbolis dari segala hasil alam yang dipakai sarana Yadnya Segara ( sedekah laut ) dan Pertiwi Yadnya (sedekah bumi). Gunungan sebagai ungkapan bhakti kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dilakukan secara grebegartinya serentak  untuk pembersihan laut dan bumi secara harmonis yang selanjutnya gunungan di pradaksina.


Jika di Jawa pradaksina dilakukan dengan mengelilingi keraton, desa sebagai wujud wara nugraha Hyang Widi dan sesaji dalam bentuk sato / hewan di larung dilengkapi Jajan Pasar untuk Ibu laut, sedangkan untuk Ibu Bumi ditanam di perempatan jalan untuk nyepuh Bumi. Setelah itu barulah Gunungan di perebutkan oleh rakyat sebagai wujud wara nugraha Tuhan dalam bentuk kesejahteraan dan keharmonisan. 




STHD CILEDUG TERBAIK PERTAMA DALAM FESTIVAL OGOH-OGOH

$
0
0

Kembali, Sekeha Truna Truni Hindu Dharma (STHD) Ciledug mengukir prestasi gemilang sebagai yang terbaik, juara pertama dalam festival ogoh-ogoh dan Parade Budaya yang diselenggarakan IPHB Provinsi Banten, Jumat 16 Maret 2018. Parade yang digelar Ikatan Pemuda Hindu Dharma (IPHB) ini merupakan kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat di dalam meningkatkan persaudaraan antar muda-mudi dan menjadi tempat menyalurkan kreatifitas generasi penerus di dalam menjaga seni budayanya.  

Parade Budaya diselenggarakan setelah Upacara Tawur Kesanga atau Tawur Agung Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1940 di Lapangan Kopassus Grup 1 Serang (Pura Eka Wira Anantha Serang). Parade diikuti pula dari Paguyuban Majapahid dengan mengusung aneka hasil bumi yang tertata rapi yang dinamakan Gunungan, disusul oleh Budaya Lokal Provinsi Banten yang diwakili Reog dan Debus dari Cilegon Banten, kemudian Ogoh-ogoh dari seluruh Muda-Mudi dari seluruh Banjar  yang ada di provinsi Banten.

Festival ogoh-ogoh dinilai oleh dewan juri yang profesional yaitu ketua Anak Agung Ngurah Anom S.T dan Anggota I Gusti Bagus Subrata dan I Ketut Subrata memberikan penilaian pada setiap peserta dengan kriteria meliputi; Tema dengan keserasian bentuk ogoh-ogoh, pewarnaan, postur, koreografi penampilan, kreativitas, gambelan baleganjur  dan beberapa unsur seni lainnya.

Dewan juri memutuskan sebagai berikut :

  • Juara I STHD Ciledug nilai 2.675
  • Juara II KPSHD Tangsel nilai 2.644
  • Juara III KPSHD Rempoa nilai 2.535
  • Juara Harapan 1 PERMUDHITA Tangerang nilai 2.405
  • Juara Harapan 2 PERMUDHIKSA Tigaraksa nilai 2.384
  • Juara Harapan 3 DTB Serang nilai 2.373



Setiap juara mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan, serta Piala Bergilir diberikan kepada Juara Pertama Festival yaitu STHD Banjar Ciledug. 


Berita Terkait :

Nyepi Sebagai Inspirasi Peningkatan Soliditas Kerukunan

Parade Ogoh-Ogoh Banjar Tigaraksa 




Parade Ogoh-Ogoh di Pantai Ancol





KAKANWIL KEMENAG Dr.H.A BAZARI SYAM, M.Pd.I MEMBUKA KEGIATAN BIMAS HINDU

$
0
0
Kakanwil Kemenag Provinsi Banten

Kegiatan Sinkronisasi Dan Konsolidasi Program Bimas Hindu Tahun Anggaran 2018 dibuka secara resmi oleh Kepala kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten Bapak Dr. H.A. Bazari Syam, M.Pd.I yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 24-25 Maret 2018 di Kota Serang.

Melalui tema kegiatan “Kita Tingkatkan Pemberdayaan Penguatan Lembaga Agama Dan Keagamaan Hindu” di ikuti oleh 60 peserta dari Lembaga-Lembaga Hindu yang ada diprovinsi Banten, diantaranya PHDI, WHDI, Badan-Badan Parisada, Kepemudaan, Pasraman dan Lembaga Keagamaan lainnya.
Kakanwil dan Peserta

Dalam sambutannya, Bapak Kakanwil mengingatkan kembali potensi-potensi yang dapat dikembangkan di Provinsi Banten, seperti Provinsi Banten memiliki garis Pantai yang panjang, hampir seluruh kota/kabupaten memiliki pantai, Populasi penduduk Banten yang heterogen dan sumber daya manusia yang berbeda-beda.

Kakanwil juga menyampaikan pentingnya kegiatan penguatan Lembaga ini mengingat situasi diprovinsi Banten dipengaruhi oleh :
  • Tahun Politik
  • Sentimen Agama
  • Kerawanan Sosial
  • Ekspektasi Publik
  • Media Sosial
  • Netralitas

Kakanwil dan Peserta 

Kegiatan Sinkronisasi yang diketuai Bapak Sukirno Hadi Raharjo S.PD.H, M.Fil.H memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut :

  1. Mengevaluasi kegiatan Program Bimas Hindu Tahun Anggaran 2017
  2. Pemantapan kegiatan Program Bimas Hindu Tahun Anggaran 2018
  3. Penyusunan Rencana Kegiatan Kerja Program Bimas Hindu Tahun 2019



Hadir sebagai Nara Sumber dalam kegiatan ini Ditjen Bimas Hindu Ni Wayan Pujiastuti SH, M.Si, Bapak Ida Bagus Alit Wiratmaja Ketua PHDI Provinsi Banten dan Pembimas Hindu Provinsi Banten Bapak Drs Sunarto.

Nara Sumber Ibu Ni Wayan Pujiastuti, SH, M.Si
Nara Sumber





Konsultasi Lembaga Kepemudaan Hindu Tahun 2018

$
0
0

Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat mengikuti dan bersua antar sesama organisasi kepemudaan Hindu dan BPH dari seluruh Indonesia, berkumpul dan berdiskusi dalam kegiatan Konsultasi Lembaga Kepemudaan Hindu. 

Kegiatan Konsultasi Lembaga Kepemudaan Hindu Tahun 2018 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa s.d Kamis, 27 s.d 29 Maret 2018 di Hotel Sparks Life Jakarta, Jl. Mangga Besar Raya No. 42 RT.2/RW.2 Taman Sari, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11170 Telephone (021) 6252534. 

Kami utusan dari Provinsi Banten yang ditunjuk oleh Pembimas Hindu Provinsi Banten, Bapak Drs Sunarto  merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan untuk mewakili provinsi dimana lingkup kegiatan tersebut bersifat nasional. Kami segera mempersiapkan persyaratan dan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Kami adalah berasal dari Badan Penyiaran Hindu (BPH) Provinsi Banten dan Ikatan Pemuda Hindu Banten (IPHB).

Laporan Selengkapnya : Klik Laporan Kegiatan





GENERASI MUDA HINDU: ZAMAN NOW

$
0
0

Oleh: I Made Wirayasa

Hal yang terbesit oleh pikiran ketika akan menamatkan diri pada jenjang pendidikan atas dan kuliah adalah akan mau jadi apa nanti. Kegundahan inilah yang kemudian menjadikan rasa dilema di sebagian besar pemuda. Wajar kalau hari ini pemuda khususnya pemuda Hindu masih bingung bila ditanya oleh orang tuanya akan menjadi apa nanti atau sekedar bertanya mau kemana setelah lulus.

Perasaan gundah, bingung dan tak tau arah tujuan hidup adalah salah satu akibat dari tidak adanya persiapan diri. Banyak pemuda yang gagal dalam merencanakan hidupnya. Terutama ketika akan lulus pendidikan di SMA. Lingkungan sekitar, pergaulan, dan budaya juga berpeluang mempengaruhi keadaan ini. Adanya pemikiran setelah tamat SMA akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi adalah hal yang real saat ini. Tidak sedikit dari mereka yang telah lulus SMA langsung melanjutkannya ke universitas negeri maupun swasta. Bisa dipastikan sebagian besar umat Hindu berpandangan bahwa pendidikan adalah hal utama dan sangat penting.

Nah apakah sahabat-sahabat kita yang tidak memiliki kesempatan seperti kita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dikatakan akan menemui jalan buntu ?. Tentu jawabannya tidak. Masih ada banyak sekali jalan yang bisa dilakukan pemuda. Baik itu untuk dirinya sendiri maupun lingkungan desanya. Katakanlah menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan atau menjalankan usaha lainnya. Tentu hal ini akan jauh lebih bermanfaat daripada hanya berdiam diri di rumah. Tidak bisa kita pungkiri bahwa selama ini juga banyak yang tidak seberuntung dan hanya berdiam diri di rumah. Banyak yang beraktivitas tetapi hanya sekedarnya saja. Seperti menjalankan kegiatan keseharian di desa. Sebetulnya kalau memang mau berbuat lebih walau dengan tinggal di kampung bisa dengan aktif terlibat dalam perkumpulan muda-mudi/seke truna truni, dll. Hal ini justrus terlihat lebih memiliki manfaat. Disamping dapat menjaga silaturahmi antar pemuda juga akan memunculkan ide-ide kreatif yang bisa dicetuskan bersama dari perkumpulan-perkumpulan itu.

Bukan hanya itu, problematika justru lebih banyak terjadi di dalam internal kelompok pemuda yang telah menjadi mahasiswa. Ada banyak sekali masalah-masalah klasik sampai fundamental yang terjadi. Sebenarnya apakah tugas dari seorang mahasiswa adalah hanya belajar dan cepat wisuda dengan nilai indeks prestasi yang gemilang?. Kalau hanya itu yang menjadi ukuran dirasa semangat dan konseptual tujuan dari pendidikan itu sangat sulit untuk diraih. Pada dasarnya pendidikan di perguruan tinggi adalah bagaimana membentuk insan-insan yang cerdas yang memiliki kemampuan berpikir dan keterbukaan wawasan. Insan cerdas tentu tidak hanya dalam bidang akademisi saja, tetapi juga dalam hal pemikian dan gagasan ideanya. Tidak hanya sekedar berpikir mendapat pekerjan yang bagus ketika sudah lulus, tatapi lebih pada gagasan apa yang nantinya bisa disumbangsihkan untuk masyarakat lingkungannya. Jadi insan pemuda dan mahasiswa saat ini harus punya cara pikir yang lebih luas dari sebelumnya. Jangan merasa bila langsung diterima bekerja di perusahaan selalu menjadi nilai ukur keberhasilan, tatapi bagaiman menjadikan hidup penuh dengan makna bagi dirinya dan juga bagi lingkungan sekitarnya.

Rangkaian persoalan-persoalan di atas harus dicarikan jalan pemecahannya. Sejatinya mahasiswa memiliki peran yang melekat dan bersifat wajib bagi dia yang ingin mengembangkan potensi dirinya. Peran tersebut meliputi:

Aktif, Kreatif dan Inovatif

Tak jarang aktivitas mahasiswa seusasi menerima pendidikan di kampus memilih pulang ke rumah atau tempat kost. Barangkali sebagian wakunya dihabiskan di rumah kost dengan kesibukan pribadinya. Ada yang mengkoleksi film-film di laptop untuk ditonton, ada yang suka bermain, ada yang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan dan melakukan kesibukan lainnya. Bagi kelompok mahasiswa yang susah bergaul tentu akan memilih diam tanpa banyak aktivitas, selebihnya mungkin waktu nya untuk belajar atau tidak sama sekali. Tetapi mahasiswa yang ingin mengembangkan potensi dirinya pasti akan melibatkan diri dalam kelompok-kelompok organisasi di internal kampus maupun eksternal kampus. Jadi secara garis besar kelompok mahasiswa sekarang terbagi dalam dua kelompok yakni akif dan tidak aktif. Kelompok aktif adalah kelompok mahasiswa yang memiliki kesibukan lain di luar kampus untuk melakukan hal-hal yang positif. Sementara kelompok pasif kebalikannya yakni mahasiswa yang hanya mengikuti kegiatan perkuliahan saja tanpa mau melibatkan diri bergaul dengan mahasiswa lainnya dalam himpunan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan.

Kalau melihat tantangan Zaman Now, tentu generasi muda hindu haruslah menjadi kelompok mahasiswa yang aktif. Tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam bidang non akademik. Sebuah hal yang pasti bahwa dalam dunia pendidikan akademik hanya mengajarkan disiplin ilmu yang diikuti, selebihnya kemampuan soft skill sama sekali tidak diajarkan. Sehingga menjadi mahasiswa aktif adalah pilihan dan keharusan.

Paham Lingkungan Sekitar
Meninggalkan kampung halaman bukanlah melupakan interaksi sosial di masyarakat. Justru dengan menjadi mahasiswa, pemuda Hindu harus lebih peka lagi terhadap lingkungannya. Dengan kata lain up to date terkait perkembangan-perkembangan yang terjadi di masyarakat. Adalah hal yang salah bila saat pulang ke kampung halaman tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan. Ingat, peran mahasiswa kedepan adalah mampu memahami persoalan-persoalan di masyarakat dan bisa memberikan jalan pemecahannya bersama masyarakat unuk lebih maju. Akan menjadi hal yang bernilai positif ketika suatu hari ia pulang kampung dan dapat memberikan edukasi baik dari segi pengalaman, pendidikan maupun motivasi kepada sesama pemuda dan masyarakat.

Menjadi Contoh Ideal

Seiring berkembangnya kemajuan teknologi, juga diikuti oleh pergeseran budaya dan karakter mahasiwa dan pemuda. Tidak sedikit dari mereka yang justru ikut tergerus oleh perkebangan itu, atau bahkan malah menjadi follower dari zaman. Banyak mahasiswa dan pemuda larut dalam trend-trend yang keliru. Contoh kecilnya saja pemakaian pakaian sembhayang ke pura, apa yang bisa di contoh dari trend pakaian sembahyang saat ini?. Khusus untuk hal ini, pemuda harus memberikan contoh di masyarakat bagaimana etika perpakaian saat ke rumah ibadah. Dalam contoh yang luas, pemuda dan mahasiswa harus dapat memberikan contoh sebagai sosok yang ideal, meberikan sumbangsih pemikiran, ide, gerakan, karya yang memiliki manfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain.

Presiden Ajak Umat Hindu Persiapkan Diri Hadapi Tantangan Global

$
0
0

Jakarta, Hindu Banten. Com - Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Perayaan Nyepi tahun ini menjadi sangat istimewa bagi umat Hindu karena bertepatan dengan hari suci Saraswati yang diperingati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan.

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi pada acara Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu 7 April 2018.

“Jika pada saat Nyepi, umat Hindu lebih banyak melakukan kontemplasi diri mulat sarira mengasah budhi sebagai upaya pembersihan diri dan alam semesta. Maka pada hari suci Saraswati Umat Hindu diajak untuk menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan, pendidikan untuk mencapai kemuliaan hidup Widya Dhanam, Sarwadhana Pradhanam pengetahuan adalah kekayaan tertinggi,” kata Presiden.

Kesadaran tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi untuk mencapai kemuliaan hidup bukan hanya menjadi inspirasi bagi umat Hindu tetapi juga bagi seluruh elemen bangsa dan negara.

“Kita tidak boleh terlena hanya karena mendapatkan anugerah dari Tuhan dengan kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah. Tapi kita harus berani membangun kesadaran baru untuk menjadikan manusia Indonesia yang berkualitas, sebagai kekuatan kita, sebagai keunggulan kita sebagai fondasi kita memasuki masa depan,” ucapnya.

Untuk itu Presiden mengajak seluruh umat Hindu untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan kemajuan menyongsong revolusi industri 4.0 serta menyambut inovasi teknologi yang berubah dengan sangat cepat.

“Tantangan global mengharuskan Umat Hindu untuk semakin cerdas, semakin kreatif, semakin inovatif  dalam merespon perubahan,” kata Presiden.

Perubahan yang terjadi, lanjut Presiden, hendaknya dianggap sebagai tantangan yang tidak bisa dihindari dan harus dijawab dengan peningkatan kualitas diri dan juga peningkatan produktivitas.

“Dan juga yang tidak kalah pentingnya penyiapan pendidikan yang berkualitas pada anak-anak kita, generasi muda yang menentukkan masa depan kita semua,” tutur Kepala negara.

Sambutan Presiden RI pada Acara Dharma Santi Nasional, 7 April 2018

$
0
0
 
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu,

Pada pagi yang cerah ini, saya ingin menyampaikan rasa angayubagya… 
karena bisa bersimakrama bersama umat Hindu dari seluruh pelosok tanah air, pada acara Dharma Santi, menyambut tahun baru Saka 1940.

Perayaan Nyepi tahun ini menjadi sangat istimewa bagi umat Hindu. Karena bertepatan dengan hari  suci Saraswati, yang diperingati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan.

Jika pada saat Nyepi, umat Hindu lebih banyak melakukan kontemplasi diri,mulat sarira, mengasah budhi, sebagai upaya pembersihan diri dan alam semesta. Maka, pada hari suci Saraswati, Umat Hindu diajak untuk menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan, menyadari betapa pentingnya pendidikan, untuk mencapai kemuliaan hidup. Vidya Dhanam, Sarvadhana Pradhanam….pengetahuan adalah kekayaan tertinggi.

Hadirin yang saya hormati, 

Kesadaran tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi untuk mencapai kemuliaan hidup, bukan hanya menjadi inspirasi bagi umat Hindu tetapi juga bagi bangsa dan negara yang kita cintai bersama.

Sebagai bangsa yang besar, sebagai bangsa yang ingin maju, Sebagai bangsa yang ingin sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, Kita tidak boleh terlena, hanya karena mendapatkan anugerah dari Tuhan dengan kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah.

Kita harus berani membangun kesadaran baru untuk menjadikan manusia Indonesia yang berkualitas …sebagai kekuatan kita, sebagai keunggulan kita, sebagai fondasi kita memasuki masa depan.

Untuk itu, saya mengajak seluruh umat Hindu dimanapun berada, untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai  tantangan kemajuan, menyongsong revolusi industri 4.0, serta menyambut inovasi teknologi yang berubah dengan sangat cepat.


Tantangan global mengharuskan Umat Hindu untuk semakin cerdas, semakin kreatif, semakin inovatif  dalam merespon perubahan.Perubahan yang terjadi hendaknya dianggap sebagai tantangan yang tidak bisa dihindari.Dan harus dijawab dengan peningkatan kualitas diri,  peningkatan produktivitas, dan juga yang tidak kalah pentingnya penyiapan pendidikan yang berkualitas pada anak-anak kita, generasi muda yang menentukkan masa depan kita semua. 

Saya meyakini dengan mengambil inspirasi dari Hari Suci Nyepi dan Saraswati umat Hindu menyambut kedatangan tahun baru Saka dengan semangat yang baru. Semangat untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Semangat untuk lebih produktif untuk lebih kreatif.
Semangat untuk menjadikan ilmu pengetahuan sebagai modal mencapai kemajuan bekal mencapai kemuliaan hidup.

Hadirin yang saya muliakan,

Perayaan hari suci Nyepi juga  memberikan inspirasi kepada kita semua untuk selalu menjaga keharmonisan hidup, sebagai jalan menuju kebahagiaan. Dalam Tri Hita Karana, umat Hindu diajarkan bahwa Srada Bhakti pada Tuhan harus juga diwujudkan dengan menjaga keharmonisan dengan sesama serta menjaga hubungan harmonis dengan alam lingkungan di sekitar kita. 

 
Umat Hindu juga diminta untuk selalu memegang teguh ajaran Vasudewa Kutum Bhakam, kita semua bersaudara yang menekankan arti penting persaudaraan yang sejati, karena kita semua berasal dari sumber yang sama yakni dari Tuhan yang Maha Esa.

Membawa kembali kesadaran baru tentang makna   menjaga keharmonisan serta persaudaraan sejati ini sangat penting dalam kehidupan kita, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  

Kita, bangsa Indonesia, dianugerahi oleh Tuhan, hidup sebagai bangsa yang majemuk.Kita memiliki  714 suku yang mediami lebih dari 17 ribu pulau dengan agama yang berbeda-beda. Kita juga mempunyai bahasa daerah yang beragam, ekspresi seni-budaya yang beraneka warna. 

Perbedaan latar belakang agama, latar belakang suku, latar belakang budaya, bukanlah penghalang bagi kita untuk bersatu. Dan bukan pula penghalang bagi kita untuk hidup rukun dalam keharmonisan. 

Perbedaan juga bukan penghalang untuk hidup saling menghormati, saling membantu, tolong menolong dan membangun solidaritas sosial yang kokoh. 

Semua perbedaan itu tidak harus diseragamkan, tidak juga harus ditiadakan atau bahkan dilenyapkan. 

Semua perbedaan dan keragaman itu justru harus diikat oleh persaudaraan sejati diikat oleh kebersamaan, diikat oleh kesadaran yang kuat bahwa kita adalah  saudara sebangsa dan setanah air.

Kita harus meyakini, bangsa kita akan tetap berdiri kokoh, sampai berwindu-windu lamanya, kalau semua anak bangsa: apakah dia muslim,  apakah dia kristen, apakah dia Hindu, apakah dia Budha, apakah dia Konghucu, bisa tetap  bersatu. Bersatu, menghadapi kebodohan. Bersatu, menghadapi kemiskinan dan keterbelakangan. Bersatu,  untuk menjadikan negara yang kita cintai bersama menjadi negara maju,  negara pemenang, negara yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Selamat Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 pada umat Hindu di seluruh pelosok tanah air. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi kita semua. 

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om.

Pemuda Banten Jaga Kondusifitas Pemilu 2019

$
0
0

PERADAH, IPHB dan DTB turut jaga kondusifitas dalam pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 Provinsi Banten

Kota Serang, sebanyak 3 (tiga)  Pemuda Hindu yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Hindu Dharma Provinsi Banten (IPHB),  PERADAH Provinsi Banten,  dan Dharma Taruna Banten (DTB) mengikuti kegiatan dialog tokoh pemuda lintas agama di Aula Kantor wilayah kementerian Agama Provinsi Banten, (10/04/18). Kegiatan ini di selenggarakan oleh Sub.  Bagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten.

Dalam Laporannya Miftahudin mengatakan "Kegiatan ini  tujuannya untuk mengajak pemuda untuk menjaga kondusifitas kehidupan beragama dalam pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019", ujar nya selaku Ketua Panitia sekaligus Kepala Sub. bag Hukum dan KUB.

Pada kesempatan ini Kakanwil kemenag Provinsi Banten A. Bazari Syam memaparkan tentang peran kanwil  dalam menjaga kerukunan umat beragama sesuai dengan visi dan misi kementerian agama provinsi banten,  yaitu terwujudnya masyarakat banten yang agamis, rukun, cerdas, sejahtera, dan mandiri berlandaskan gotong royong,  " Dengan kegiatan dialog pemuda ini harapan kami, pemuda dapat ikut menjaga dan memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama di provinsi banten ini. " terang Kepala kanwil Kemenag Provinsi Banten.

Atep mahfud menjelaskan Peran Strategis dan tantangan FPLA dalam memantapkan kondusifitas kehidupan beragama pada tahun politik, " FPLA harus memperbanyak dialog keagamaan dan kebangsaan, membantu FKUB dalam upaya kerukunan antar dan intra umat beragama, melakukan kegiatan lintas agama, mengendalikan isu SARA dan tidak memberitakan atau menyebarkan berita Hoax di media baik cetak,  maupun sosial media", Terang wakil Kesbangpol Provinsi Banten.


Selain dari perwakilan pemuda Hindu,kegiatan ini di hadiri juga oleh beberapa perwakilan pemuda lintas agama diantaranya Pengurus Forum Pemuda Lintas Agama (FPLA)  provinsi Banten,  Tokoh Pemuda Konghucu, Tokoh pemuda Agama Kristen,  Tokoh Pemuda Agama Katolik, Tokoh Pemuda Agama Budha,  FPLA KAB. Serang, FPLA KAB. Tangerang, FPLA KAB. Lebak,  FPLA KAB. Pandeglang,  FPLA Kota Serang,  FPLA kota Cilegon,  FPLA Kota Tangerang,  FPLA Kota Tangerang selatan. (Adt_bimashind)


Dharma Tula Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda

$
0
0
Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda

Dalam perayaan Nyepi tahun 2018 ini, Panitia Nyepi Provinsi Banten melaksanakan Dharma Tula (14/4). Tidak tanggung-tanggung panitia menghadirkan tokoh umat Hindu, seorang Pandita yang sangat menguasai ilmu pengetahuan agama Hindu, terlihat dari pendidikannya beliau yang linierdari Sarjana (S1) Agama Hindu, Magister (S2) Agama Hindu dan Doktor (S3) Agama Hindu.

Dharma Tula yang dimulai pukul 09.00 WIB berakhir pukul 13.00 WIB diikuti oleh umat Hindu dari seluruh provinsi Banten, remaja dan anak-anak pasraman. Sebagai otokritik kita sebagai umat, Dharma Tula ini seharusnya mampu menghadirkan lebih banyak lagi umat kita, banjar-banjar seharusnya mampu mendorong umatnya untuk menghadiri kegiatan yang  dapat memperbanyak pembendaharaan pengetahuan agama, memperluas wawasan dan mempertinggi mutu rohani kita serta meningkatkan pengetahuan kita dalam bidang filsafat, teologi agama Hindu.


Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda yang dikenal dengan panggilan Mpu dalam Dharma Tulanya membawakan materi “Ritual Dalam Era Global Perspektif Teologi Siwaisme”

Upacara itu prawerti pewarah ring aji, tidak ada upacara turun dari negeri antah berantah, menurut Mpu yang diterjemahkan dalam bahasa sederhana beliau, upacara adalah meterialiasi spirit dan ide-ide value-value ketuhanan atau rohani yang men-jasmani. Dalam wilayah ketuhanan/agama ranah jasmani bukan untuk jasmani, physics to physics but physics to spirit. Sehingga yang utama bagaimana kita mewujudkan sebuah Upacara/ Banten menjadi wujud Tuhan “ Kenken Bantene apang dadi Bhatara kenten ne penting, ten wenten Banten nike ajeng-ajengan Bhatara “tegas Ida Mpu

Mpu yang suka menyelingi humor dalam setiap Dharma Tula membuat suasana hidup dan penuh ceria seperti “ Pinandita Mustikayang titiang yang artinya permata, jero mangku sampun mustika, yening sesarinya kuang mustika sampun, … mustika bur …. “ disambut tawa ceria para umat …


Menjawab pertanyaan Bapak Pembimas mengenai hal yang dapat disampaikan kepada generiasi penerus, Mpu memberikan semangat kepada generasi kita, walaupun saat ini belum memahami hal-hal yang disampaikan, namun paling tidak telah memahami semangat Dharma Tula sesuatu hal penting yang dikerjakan orangtuanya saat ini. Mpu juga memberikan sebuah Mantra Suba Cita :
Tvameva Mata cha Pita Tvameva, Tvameva Bandhu cha Sakha Tvameva, 
Tvameva Vidya Dravinam Tvameva, Tvameva Sarvam Mama Deva Deva.

Ya Tuhan Engkau adalah Ayah dan Ibu Kami, marilah orangtua untuk menemani anak-anak kita, meningkat dewasa Kita orangtua (Tuhan) hadir sebagai teman , setekah dewasa berikan pengetahuan hahekat Widya Pencerahan,

Jenis Upacara atau Ritual Hindu dibedakan menjadi 5 :

  1. Offering atau persembahan merupakan mempersembahkan sesuatu kepada Ida Sang Hyang Widhi, bentuk umumnya seperti Gebogan
  2. Sacrifice atau Pengorbanan merupakan sebuah prosesi Pasupatining Buana. Memperkuat magis dunia, bentuknya upacara seperti Caru.
  3. Salvation atau Penyelematan. Memohon keselamatan buana Agung dan Buana Alit. Bentuk bantennya Sesayut.
  4. Redemption atau Penebusan. Menebus dosa-dosa kita. Pekelem adalah salah satunya.
  5. Freedom atau Pembebasan. Membebaskan diri melepaskan diri. Banten Pengelepasan dengan Padang Lepas saat kematian/pengabenan.



Dharma Tula Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda


Gubernur Banten Hadiri Dharma Santhi Umat Hindu

$
0
0

Gubernur Tingkat I Provinsi Banten, Bapak DR. H. Wahidin Halim, M.Si, menghadiri Dharma Santhi Umat Hindu dalam rangka Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 dilaksanakan pada Sabtu, 21 April 2018 di Kanista Mandala Pura Eka Wira Anantha Serang Banten.

Dharma Santhi kali ini sangat meriah dengan penampilan Pagelaran Fragmentari Sutasoma dari Tim Kesenian Kabupaten Badung Bali, Dengan sabar, tertib dan penuh harap, 500 an umat  mengikuti satu demi satu acara Dharma Santhi tersebut.

Dalam sambutannya, Gubernur Banten yang menggunakan ikat kepala khas Baduy dan selendang ini mengajak umat Hindu untuk senantiasa menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selalu menjaga toleransi antar umat beragama. Beliau mencontohkan dirinya sendiri, yang selalu menjalin komunikasi dan toleransi, sejak masih sebagai ketua Rukun Warga dengan sahabatnya Anak Agung Anom Suarta hingga kini menjabat sebagai Gubernur. "Pak Agung Anom itu adalah sahabat saya sejak kecil walaupun beda agama, kami selalu saling mendukung, selalu hidup penuh persahabatan, " tegasnya.

Selain Gubernur Banten, Dharma Santhi juga dihadiri oleh Bupati Serang, Bupati Cilegon, Muspida, FKUB, PHDI Pusat, Pembimas Hindu Provinsi Banten, Ida Pandita Dharma Putra Paseban dan lembaga-lembaga keumatan lainnya.


Pada kesempatan yang berbahagia ini dilaksanakan Pemberian Penghargaan kepada Walikota Cilegon, H. Edi Artadi atas bantuan tanah untuk Krematorium. Dharma Santhi diakhiri dengan Penampilan Pagelaran Fragmentari Sutasoma dari Tim Kesenian Kabupaten Badung.


SAMBUTAN PHDI BANTEN DALAM IBADAH DAN PERAYAAN PASKAH

$
0
0
Ida Bagus Alit Wiratmaja, SH.MH
SAMBUTAN KETUA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BANTEN


Pada Ibadah dan Perayaan Paskah Persekutuan Gereja Gereja dan Lembaga Lembaga Injil Indonesia Provinsi Banten di Pandeglang, tanggal 4 Mei 2018.

Yang terhormat,
Pdt Dr Freddy Soenyoto, M.Th
Ketua Umum PGLII Banten
/Sekretaris Umum PP PGLII
Ketua MUI Banten, KH. AM Romly
Pembimas Kristen Kanwil Kemenag Banten, Pdt. Jurit Sihombing
Ketua/Sekum Musyawarah Pimpinan Gereja se Banten, Pdt Andreas Loanka
Para Pendeta dan
Seluruh umat Kristiani yang dikasihi

Syallom,
Salam Sejahtera,
Ass Wbr

Pertama-tama kami menyampaikan terima kasih dan rasa hormat atas kepercayaan kepada kami diundang hadir memberikan sambutan di tengah-tengah para Pimpinan Gereja dan umat Kristiani. Ini suatu kehormatn bagi kami dan kami pun turut bersyukut bahwa umat Kristiani yang berada di Provinsi Banten melalui PERSEKUTUAN GEREJA GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJIL INDONESIA (PGLII) Provinsi Banten dapat melaksanakan IBADAH PERAYAAN PASKAH PGLII SE-PROVINSI BANTEN DI YONIF 320/ Badak Putih Kabupaten Pandeglang pada hari ini.

Izinkan kami mewakili umat Hindu di Banten menyampaikan SELAMAT MERAYAKAN PASKAH KEPADA UMAT KRISTIANI.

Tema Paskah yang menyatakan : Bangkitlah ! Menjadi Terang,  merupakan ungkapan profetik dan dilandasi semangat religiusitas dan spiritual kuasa kebangkitan Kristus yang ingin mengedepankan kehidupan antar umat beragama yang harmonis dan santun serta sebuah upaya dari hati nurani umat Kristen yang murni untuk berbuat kebaikan kepada semua orang di Banten, dalam rangka bersama-sama dengan elemen bangsa dan Tubuh Kristus lainnya membangun suatu peradaban yang disemangati oleh nilai-nilai budaya lokal, kasih Kristus dan keberadaan masyarakat Indonesia yang multi kultural dalam sebuah bingkai NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan UUD 1945.
Kami sangat gembira bahwa PGLII Banten pada hari ini mensosialisasikan dan mengimplementasikan kesepakan Pemuka Agamdi Indonesia tentang Hasil Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa, 8-10 Februari 2018.

Beberapa point sangat penting dari kesepakatan tersebut adalah berhubungan dengan pandangan dan sikap umat beragama tentang Indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika (dalam ajaran Hindu disebut Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa).

Izinkan kami turut mempertegas satu point kesepakatan dimaksud adalah : Pemuka Agama di Indonesia meyakini bahwa ke Bhinnekaan adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia. Inilah yang harus disyukuri dan dikelola sebagai kekuatan dan keunggulan yang ber Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI.

Oleh sebab itu, Pmuka Agama di Indonesia memandang perlu memperkuat sikap inklusif demi keutuhan bangsa Indonesia yang majemuk. Selain itu, perlu dikembangkan budaya kerjasama sehingga dapat hidup berdampingan secara damai, toleran dan saling menghargai / menghormati satu sama lain.

Kami sebagai Pemuka Agama Hindu, demikian juga Bapak-Ibu sebagai Pemuka Agama Krsiten melalui ibadah Paskah ini telah menunjukkan berperan aktif mendorong keluarga, masyarakat, pemerintah dan media massa dalam memberikan pendidikan ke-Bhinneka-an kepada seluruh elemen bangsa melalui internalisasi nilai-nilai ke-Bhinneka-an yang menjadi bagian dari pembangunan karakter bangsa.

Bapak –Ibu yang kami kasihi,
Izinkan pula kami menyampaikan mari kita bersama mengimplementasikan pernyataan sikap Majelis Agama dan Pimpinan Ormas Islam Provinsi Banten di dalam mencermati situasi dan kondisi masyarakat di Banten terkait penyebaran berita bohong (HOAX), penganiayaan terhadap pemuka Agama, masalah LGBT, konsumsi miras, pornografi dan pornoaksi yang berpotensi mengancam stabilitas, keamanan dan kedamaian masyarakat di Provinsi Banten khususnya dan keutuhan NKRI pada umumnya.

Oleh karena itu, inti dari pandangan dan sikap Agama-Agama di Indonesia tentang Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi perhatian dan panduan bagi seluruh kita bersama dan tentunya melalui Semangat Kebangkitan Paskah dapat mendorong terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama di Pandeglang – Provinsi Banten.

Bapak-Ibu yang dikasihi Tuhan,
Ajaran cinta kasih penting dikumandangkan lagi dalam situasi hiruk pikuk politik menyongsong Pilpres 2019 di negeri ini akibat berbagai kasus, isu dan berkembangnya berita “HOAX” belakangan ini. Ada berbagai bentuk intoleransi yang membawa-bawa nama ajaran Agama, atau disebut sebagai berkembangnya Politik Identitas. Ada banyak kasus yang sesungguhnya sarat muatan politik tetapi mau dibawa ke ranah agama. Ini tentu saja tidak sehat, karena ajaran agama adalah soal moral yang pertanggungjawabannya lebih banyak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara dunia politik dimanapun termasuk di negeri ini adalah lebih pada kekuasaan.

Cinta kasih adalah konsep ajaran Hindu yang paling mendasar. Hidup saling sayang menyayangi bukan saja ditujukan antar manusia tetapi juga menyayangi seluruh kehidupan di bumi ini, termasuk menyayangi lingkungan.

Kami menyebutnya dengan ajaran Tri Hita Karana, yaitu bagaimana menjaga keseimbangan hubungan Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia dan kita manusia dengan lingkungan.

Bhagawan Sri Sathya Narayana juga menyebutkan bahwa cinta kasih itu adalah inti dari Atman, jiwa dalam raga manusia. Setiap orang adalah perwujudan dari cinta kasih dan itu menjadi kekuatan yang membawa manusia hidup bersama-sama.

Karena cinta kasih merupakan esensi dari Atman sesuai yang diajarkan dalam agama Hindu maka menyayangi kehidupan berarti menjalankan ajaran agama. Dan itu harus menjadi prilaku sehari-hari.
Cinta kasih tak melulu hubungan antara manusia dengan Tuhan yang bersifat vertikal, yang mengajarkan bahwa sejatinya kita adalah Atman yang merupakan percikan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Namun juga hubungan horisontal antar manusia dan antar mahluk hidup. Ada pesan dalam Weda yang patut direnungkan yaitu : Ahimsa Paramo Dharma, Dharma Himsa Tathaiva Cha. Artinya melakukan tindakan yang jauh dari kekerasan adalah Dharma yang tertinggi, demikian pula kekerasan bisa dilakukan kalau keadaan memaksa sebagai tujuan menegakkan Dharma.

Tindakan kekerasan harus dijauhi. Tak bisa kekerasan menyelesaikan persoalan. Perbedaan apa pun baik itu berbeda suku, berbeda etnis, berbeda bahasa, berbeda pulau, tidak patut dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan.

Perbedaan harus dicarikan titik temu.ada satu ungkapan yang banyak disebut dalam sastra Weda bagaimana kita harus menyikapi perbedaan itu. Kalimat itu adalah Vasudhaiwa Kutumbakam. Artinya adalah di dunia ini kita satu saudara. Begitu pentingnya kalimat ini sampai ditulis diberbagai kitab, misalnya ditemukan dalam Pancha Tantra 5.3.37, ada di Mahopanisad 6.70-73 dan Hitopadesha 1.3.71.

Jadi cinta kasih memang harus ditebar setiap saat dan Pesan Paskah untuk saling mengasihi. Puji Tuhan

Selamat Paskah , Tuhan memberkati, Semoga damai Paskah selalu bersama kita.
Mohon maaf kalau ada yang salah dalam penyampaian sambutan ini

Terima kasih
God Bless to You

Pandeglang, 4 Mei 2018

IDA BAGUS ALIT WIRATMAJA, SH. MH.





BADAN KOORDINASI KESENIAN HINDU NUSANTARA PROVINSI BANTEN

$
0
0

Rapat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Banten di Ruang kelas Pasraman Parahayangan Jagatguru BSD Tangsel (10/5-18) menyepakati pergantian pengurus Badan Kesenian dan perubahan nama badan tersebut. Rapat yang dihadiri oleh Pembimas Hindu Provinsi Banten, Ketua dan Pengurus PHDI Provinsi, Kota/Kabupaten se provinsi Banten, Ketua-ketua Banjar se provinsi Banten, dan utusan dari masing-masing banjar secara musyawarah mufakat memilih I Gusti Bagus Bintara dari Banjar Rempoa sebagai ketua Badan Kesenian yang baru menggantikan I Wayan Kurnada yang dari Banjar Ciledug.

Dalam rapat ini dipaparkan kegiatan nasional di tahun 2019 adalah Seni Budaya Nusantara di Surabaya yang meliputi lomba :
  1. Tari Sakral – Rejang, Baris dll
  2. Tari Kreasi
  3. Lawak Keagamaan – Bondres, Punakawan dll
  4. Sandya Gita – Nyanyian Bernuansa Agama
  5. Musik Tradisional – Bali, Jawa ataupun tradisional daerah

I Gusti Bagus Bintara

Badan Kesenian Bali Provinsi Banten (BKKB) disepakati menjadi Badan Koordinasi Kesenian Hindu Nusantara Provinsi Banten. Kemajemukan umat Hindu di provinsi inilah yang melatarbelakangi perubahan tersebut, dimana setiap etnis (latar belakang) mempunyai budaya seni yang berbeda namun tetap bernafaskan Hindu. Hindu sebagai agama yang berbudaya, agama yang seni dan berkesenian merupakan suatu keharusan bagi setiap umat Hindu.


Dalam laporan pertanggungjawabannya, I Wayan Kurnada menyampaikan bahwa kegiatan berkesenian di Provinsi Banten meliputi : Kesenian Keagamaan, seperti ngaturangayah saat-saat kegiatan keagamaan; Pujawali, Tawur Agung, Melasti, Dharma Santhi baik interen provinsi Banten maupun eksteren di Jabodetabek. Dalam hal pembinaan berkesenian meliputi; Festival Gong Kebyar baik Wanita maupun Pria, Festival Baleganjur, Geguntangan, baik interen maupun ekstern. Dan beberapa kegiatan nasional yang diikuti. 



PERAN PHDI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PENYULUH AGAMA HINDU NON-PNS

$
0
0


PERAN PHDI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI
PENYULUH AGAMA HINDU NON-PNS


Oleh: Ida Bagus Alit Wiratmaja SH MH,
Ketua PHDI Provinsi Banten

Pada acara Orientasi Tata Cara Pelaporan Penyuluh Agama Hindu Non-PNS yang diselenggarakan Pembimas Hindu Kanwil Kemenag, Provinsi Banten.
Di Wantilan Pura Kerta Jaya Tangerang,
Tanggal 12 Mei 2018.

Om Swastyastu,
Atas asung kerta waranugraha Ida Hyang Widi Wasa,  saya selaku Ketua PHDI Provinsi Banten dapat menyusun materi ini dan menjadi narasumber  atas permintaan Bapak Sunarto selaku  Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Provinsi Banten dalam  surat nomor:B-2012/Kw.28.09/BA.01.1/05/2018.

Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak Sunarto dan Panitia yang dapat menyelenggarakan Orientasi bagi para PAH Non-PNS se Provinsi Banten.

Dalam makalah ini, saya awali terlebih dahulu  dengan apa tugas dan peran   Parisada Hindu Dharma Indonesia  yaitu:
  1. Membina dan melayani umat Hindu dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran suci Veda;
  2. Meningkatkan pengabdian dan peran umat Hindu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
  3. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang bertanggungjawab, peduli, rukun, dan harmonis di lingkungan internal, antar umat beragama, dan dengan pemerintah;
  4. Memelihara dan mengembangkan kerjasama dengan setiap organisasi, badan, lembaga, dan institusi yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan; yang berlingkup nasional dan internasional; dan
  5. Melakukan redefinisi, reinterpretasi, dan reaktualisasi pemahaman ajaran suci Veda.


Kemudian apa  sasaran yang ingin dicapai Parisada Hindu Dharma Indonesia ?
  1. Terjaganya keutuhan masyarakat Hindu Dharma Indonesia dengan mengakomodasikan kearifan budaya lokal;
  2. Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang berkualitas dan memiliki sraddha dan bhakti yang diaktualisasikan secara modern;
  3. Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang proaktif dalam menjalankan hak dan kewajibannya dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
  4. Terwujudnya masyarakat Hindu Dharma Indonesia yang cerdas dan berkarakter;
  5. Terwujudnya masyarakat yang harmonis dan sejahtera lahir batin.


Dari uraian tugas  PHDI tersebut di atas, maka bagaimana salah satu peran PHDI untuk  membina dan melayani umat Hindu dalam  meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran suci Weda.

Ini berarti termasuk bagaimana meningkatkan kompetensi  para PAH non-PNS khususnya agar menjadi Dharma Duta yang mumpuni  dalam melakukan pembinaan dan pelayanan umat Hindu.

Materi Penyuluhan oleh Dirjen Bimas Hindu, Prof Kt Widnya 

Penyuluh Agama Hindu Non PNS  adalah sebagai agen komunikator mempunyai peran penting  dan strategis  dalam masyarakat, yakni bisa disebut sebagai kepanjangan tangan dari Ditjen Bimas Hindu melalui Pembimas Hindu dan PHDI dalam melakukan pembinaan umat.
Harapan kita adalah bagaimana meningkatkan kompetensi para penyuluh agama Hindu di tanah air, sehingga dapat memberikan pemahaman yang benar di masyarakat.
Penyuluh agama memiliki peran vital dan sangat signifikan di masyarakat, serta menjadi ujung tombak pencerah umat dalam melakukan aktivitas keagamaan.

PAH tentunya menjadi salah satu program unggulan Ditjen Bimas Hindu dalam membentuk karakter bangsa yang religius, beradab dan berperilaku sesuai ajaran agama.

Sebagaimana diketahui bahwa Ditjen Bimas Hindu bersama PHDI melalui LDD Pusat beberapa waktu lalu telah melaksanakan workshop pengembangan kompetensi Dharma Duta dengan tema "kita tingkatkan kualitas sradha dan bhakti umat Hindu".
Maksudnya untuk meningkatkan kualitas para dharma duta dan mengemban tugas untuk memberikan pencerahan dalam bidang keagamaan sebagai upaya untuk membimbing umat Hindu agar memiliki kualitas sradha dan bhakti kepada Ida Hyang Widi Wasa.

Harapan Direktur Agama Hindu, pak Wayan Buda pada kesempatan itu antara lain  mengajak  para Dharma Duta jangan sampai malah membuat umat di suatu banjar menjadi ribut. Seorang Dharma Duta harus mampu memberikan solusi dan menjadi hakim yang mampu memutuskan.
Upaya meningkatkan kesejahteraan PAH Non-PNS, astungkara telah dilaksanakan dari rp 300 ribu menjadi rp 500 ribu.

Kenyataannya, mereka sebagai motivator masyarakat kelasnya kalah jauh dengan motivator misalnya Gede Prama, Mario Teguh, Abdullah Gymnastiar, Krisnamurti, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso dan sebagainya.

Model komunikasi yang dikembangkan selama ini :

Pertama; masih bersifat face to face, kurang mengembangkan model lain yang lebih canggih, yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi.
Kedua: pendekatan terhadap kelompok binaan masih sangat terbatas pada kelompok-kelompok religius.

Secara ideal keberadaan PAH sungguh memiliki makna penting sebagai profesi yang terhormat  di tengah maraknya berbagai persoalan keagamaan, namun di sisi lain mereka dalam  kondisi yang stagnasi, belum  ada perubahan kinerja dan perhatian.

Komunikator dan motivator tidak selalu ditempatkan pada konteks kemampuan mempengaruhi khalayak dalam persoalan ekonomi, kewirausahaan dan pembangunan kepribadian, tetapi bidang bidang keagamaan pun tidak kalah penting dalam menumbuhkan dan membangun harmoni mayarakat.

Ada empat  persoalan utama melihat keberadaan PAH non-PNS saat ini yaitu :

  1. Kemampuan PAH Non-PNS yang beragam  karena sebagian besar bukan kompetensi mereka;
  2. Tugas  sebagai sambilan, hanya sebatas  dalam konsep NGAYAH dengan lascarya;
  3. Jaminan kesejahteraan yang kurang (karena tidak permanen dan tidak focus);
  4. Jumlah ideal kebutuhan PAH Non-PNS


Kata kunci: penyuluh agama, pembinaan masyarakat dan komunikasi.
Dengan berbagai dilematis tersebut, maka diperlukan pemberdayaan PAH Non-PNS, merupakan jawaban  dalam upaya merekonstruksi posisi mereka sebagai agen komunikasi dan motivasi pengembangan agama dan sosial kemasyarakatan.

Ada 3 Fungsi PAH yaitu Fungsi informatif dan edukatif, fungsi konsultatif dan fungsi administratif.

Dengan regulasi tersebut, diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan profesional PAH, sehingga komunikasi akan dapat mencapai tujuan.
Dalam konsep psikologi komunikasi, proses komunikasi akan sukses apabila berhasil menunjukkan source credibility atau menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

Holand dan Weiss menyebut ethos sebagai credibility yang terdiri dari dua unsur yaitu keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (trustworthinnes).

Seorang komunikator harus kredibel, dengan ethos  yang terdiri dari pikiran baik (good sense), karakter yang baik (good moral character), maksud yang baik (good will), itikad yang baik (good intentions),  dipercaya (trustworthinnes), kecakapan dan kemampuan (competence and expertness).

Keberhasilan beberapa komunikator yang sering muncul di media Televisi misalnya, secara teoritik tidak terlepas dari konsep-konsep tersebut, selain dalam diri manusia ada semacam "bakat" berkomunikasi yang ini tidak mudah untuk didapat, namun bisa dipelajari.

Ada 5 kualitas umum yang mesti dikembangkan oleh PAH non PNS yaitu:
- Keterbukaan  (openness)
- empati (empathy)
- sikap mendukung (supportiveness)
- sikap positif (positiveness)
- kesetaraan (equality)
(teori Devito, 1997).

Untuk meningkatkan kompetensi  PAH Non-PNS,  maka kami harapkan peran PHDI bersama Ditjen Bimas Hindu  melalui para Pembimas Hindu di setiap Provinsi  antara lain menyelenggarakan kegiatan dalam  format yang ideal melalui beberapa bentuk yaitu,
1. Pendidikan dan pelatihan dasar penyuluh agama Hindu;
2. Orientasi;
3. Workshop  terkait tugas PAH;
4. Seminar.

Demikian materi ini disampaikan dan semoga bermanfaat. Om tat astu svaha.
Om shanti, shanti, shanti, Om.

PELANTIKAN KPSHD TANGERANG SELATAN

$
0
0

Pengurus KPSHD Tangsel periode 2018-2021 hari ini 12 Mei 2018 dilantik dan dikukuhkan oleh Ketua Banjar Tangerang Selatan Bapak Nyoman Subamia. KPSHD adalah sebuah organisasi perkumpulan pemuda dan pemudi di Banjar Tangerang Selatan yang dibentuk di Pura Parahyangan Jagat Guru - BSD. KPSHD kependekan dari Keluarga Pemuda Suka-duka Hindu Dharma. KPSHD Tangerang Selatan terbentuk pada tanggal 11 Februari 2012.


Pelantikan dihadiri Ketua PHDI Provinsi Banten, jajaran Pengurus, Kepemudaan se provinsi Banten dan undangan lain. Ketua PHDI Provinsi Banten pada pagi hari memberi materi pada kegiatan Orientasi Tata Cara Pelaporan Penyuluh Agama Hindu Non-PNS di Wantilan Pura Kertajaya Tangerang. Klik Materi Oreintasi disini

SUSUNAN PENGURUS KPSHD TANGSEL 2018-2021

Ketua
Komang Panji Agus Asmara Hadi

Wakil ketua
1 : Putu Ameliagustina Awyadnyani
2 : I Gede Putra Segara

Sekretaris
1 : I Made Dharma Eka Putra
2 : Putu Chandra Ayu Mahadewi

Bendahara
1 : Putu Dian Weniarti Lisnani
2 :Anak Agung Ayu Utari Puspadewi

Koordinator Divisi Yadnya :
Putu Tiya
Anggota :
- Kadek Kristiawan
- Kadek Alvia Raspati
- Putu Ayu Krisna Pratiwi

Koordinator Divisi Kesenian :
Ni Luh Ayu Maharani Sekar Swastini
Anggota :
- Ni Made Zevika Ayu Miranda
- Ni Putu Wilastita Muthia Sofi
- Gede Herry Arum Wijaya
- Ni Komang Rika Tri Wahyuni
- Ni Putu Nila Puspita Wardani

Koordinator Divisi Pegembangan SDM dan Olahraga :
A.A.I.A Vidya Wulandari
Anggota :
- Gde Satria Wibawa
- Ni Made Hanny Bramanty
- Komang Suwidyantan Bagus Putra

Koordinator Divisi Media Informasi :
Putu Panji Wiradharma
Anggota :
- Ketut Ardana

- I Made Krishna Kumara Prakasha




Makna Penjor Bagi Umat Hindu

$
0
0

Sinar Banten. Com - Makna penjor bagi umat Hindu dari jaman dulu hingga kini bahkan hingga nanti dalam menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa menggunakan symbol-simbol. Dalam Agama Hindu simbol dikenal dengan kata niasa ialah yang merupakan pengganti yang sebenarnya. Bukan agama saja yang memanfaatkan simbol, bangsa juga memanfaatkan simbol-simbol. 

Bentuk dan jenis simbol yang berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama. Dalam upakara terdiri dari tidak sedikit macam material yang dimanfaatkan yang merupakan simbol yang penuh memiliki makna yang tinggi, di mana makna tersebut berkaitan isi alam (makrokosmos) dan isi permohonan manusia kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Untuk mencapai keseimbangan dari segala factor kehidupan seperti Tri Hita Karana.

Penjor berasal dari kata Penjor, yang berarti Pengajum, atau Pengastawa, kalau dihilangkan huruf “ny” , menjadi kata benda yaitu Penyor yang berarti  sebagai sarana untuk melaksanakan Pengastawa.

Bahan dari penjor sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih kita atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan). Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Pada hari raya tertentu seperti halnya Galungan, penjor bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan,dan wajib di buat lengkap dengan kelengkapannya, membuat penjor untuk upacara memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai hiasan saja.

BERTEMU PRESIDEN JOKOWI, KMHDI BICARA SOAL TERORISME DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

$
0
0

Bertemu Presiden Jokowi, KMHDI Bicara Soal Terorisme dan Revolusi Industri 4.0

Jakarta - Pengurus Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI) dan DPN Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jumat (18/5). Pada pertemuan itu, KMHDI dan Peradah Indonesia bersama Presiden membahas beberapa persoalan diantaranya permasalahan umat Hindu, stabilitas keamanan, pendidikan serta terkait dengan revolusi industri 4.0

Presidium PP KMHDI Putu Wiratnaya mengatakan, KMHDI secara kelembagaan berkomitmen akan selalu bersinergi dengan siapapun termasuk pemerintah dalam hal memerangi aksi terorisme. Karena aksis teror yang mengancam nyawa hidup manusia tidak pernah dibenarkan oleh siapapun dengan alasan apapun.


"Dukungan KMHDI merupakan bentuk komitmen kami terhadap NKRI. Untuk kedaulatan dan keutuhan bangsa, KMHDI tidak akan menjaga jarak dengan pemerintah" Ujar Wiratnaya

Wiratnaya juga mengungkapkan pemerintah perlu menaruh perhatian khusus pada pengembangan penggerak ekonomi mikro. Mengingat terjadinya revolusi industri 4.0, maka peran teknologi sangat vital sebagai strategi pasar.

“Untuk itu, perlu adanya perbaikan secara sistematis yang terintegrasi dari motode pendidikan yang harus mengedepankan pendidikan karakter dan keterampilan dengan sistem pemasaran UMKM yang saat ini sudah terintegrasi dengan pasar bebas” imbuhnya.

Selain dua permasalahan di atas, Wiratnaya juga secara langsung mengundang Presiden Jokowi untuk hadir dalam Kongres Nasional (Mahasabha) XI KMHDI yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 di Yogyakarta.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Jokowi langsung menyanggupi untuk hadir dalam kegiatan Mahasabha KMHDI yang akan dilaksanakan di Yogyakarta. Selain itu, Presiden Jokowi juga berharap mahasiswa Hindu khususnya KMHDI membangun rasa optimisme untuk mewujudkan perubahan Indonesia yang leebih baik.


“Revolusi industri 4.0 merupakan tanggung jawab bersama, perlu waktu dan keuletan untuk melakukan perubahan. Sehingga, kita semua harus optimis bahwa Indonesia akan setara dengan negara-negara besar lainnya” kata Jokowi. 

#pressrelease



Viewing all 137 articles
Browse latest View live